Tentara

Barisan hijau, loreng-loreng. Berjalan dengan langkah tegap, rapi, teratur dan satu komando. Kompak. Ini benar-benar tentara, Tentara Nasional Indonesia.

Saya terharu, sungguh. Pernahkah terbayangkan ketika mereka tidak ada, tidak menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Kita tidak akan sebebas ini. Tidak ada pertunjukan ataupun kemeriahan perayaan Hari Ulang Tahun. Mungkin kita harus berterima kasih kepada Jepang. Iya, merekalah yang pertama kali membentuk tentara pertahanan dari bangsa kita sendiri. Walau kala itu masih dimanfaatkan oleh penjajah dari negara matahari terbit itu.

Bangsa ini, bahkan Negara ini, seringkali tidak sadar akan perbuatannya. Juga tidak sadar pada kesetiaan kesatuan loreng-loreng ini. Bahwa mereka membela keutuhan, membela keselamatan, membela persatuan, membela negara!

Mereka adalah Swa Bhuwana Paksa (Sayap tanah air), yang meneguhkan Jalesveva Jayamahe (Di lautan kita jaya), dan telah menjadi Kartika Eka Paksi (Prajurit yang tiada tanding). Karena mereka Tentara Nasional Indonesia.

Lalu muncul otak otak kotor. Pria bercukur cepak, berpangkat-pangkit, pandai bersilat kata. Yang tergiur oleh rupiah.

Karena memegang Remote Control, bejat bejat ini memainkan jari. Tunjuk gunung menjadi tambang, tunjuk laut menjadi bajak, tunjuk meja menjadi nota. Mereka merampok.

Merampok kemerdekaan, merampok keringat darah, tetes demi tetes. Lalu dihisap melalui sum sum, tertinggal belulang di rumah kumuh yang terusir. Tinggal sebiji mangkuk, untuk menengadah pada nenek moyang. Tuan, kasihani kami..

Lalu perut perut buncit, dengan gagahnya berseragam loreng. Bahwa Aku Ini Pahlawan, penuh tanda jasa. Kuburkan aku dengan penghormatan. Tandu aku dengan tulang iga-mu, dudukkan aku di singgasana.

Dan belatung di taman angker, mencibir 'Kamu Duluan (kuhabisi)'.

Selamat Merayakan Kemerdekaan, Tentara Indonesia! NKRI Harga Mati!

‪#‎GSM‬

Kendari, 5 Oktober 2015

Tweet