Rusaknya Negara Ini
Hingga ke
sendi-sendinya. Senti demi senti, seluruhnya. Dari akar hingga pucuk. Dari hulu
sampai hilir. Rusak sangat rusak. Sudah parah. Kronis.
Hampir. Hampir
semua. Tidak juga seluruhnya. Masih ada harapan, mungkin setitik demi setitik.
Seorang demi seorang. Satu satu nyawa.
Tapi apa yang
diharapkan dari senyawa demi senyawa itu? Coba lihat. Perhatikan! Penjual ikan
di Pasar Lawata Kendari hingga Pasar Raya Kolaka, memodifikasi takarannya agar
ikan satu Tampa tampak banyak. Bukankah itu satu bentuk kecil korupsi?
Mungkin itu untuk
menyiasati mahalnya biaya operasional menangkap ikan. Harga Bahan Bakar Minyak
mahal euy.
Tapi kenapa bisa
mahal? Petugas SPBU, entah di Kendari, Kolaka, Raha, Unaaha, sama saja. Keran
pengisian BBM selalu dimainkan. Saat mulut keran dimasukkan dalam tangki bahan
bakar kendaraan, katupnya akan dibuka lebar. Sehingga minyak mengalir deras
seiring pula dengan meterannya. Tiba-tiba saja keran ditutup. Creengg.. Bensin
berhenti masuk dalam tangki, meterannya masih deras mengalir. Anda tidak sadar,
anda baru saja dikorupsi jatah bensin dari sejumlah uang yang anda bayarkan ke
kasir SPBU. Kemana bensin tadi? Ada, tertinggal di sepanjang selang.
Bisa jadi, itu
cara SPBU menyiasati jatah BBM yang kurang dari Depot Pertamina. Tapi pernahkan
anda duga, bahwa sopir truk tangki BBM Pertamina mencuri jatah SPBU? Iya, ini
seringkali terjadi. Kita tidak bisa menggeneralisir, tapi kenyataannya banyak
terjadi. Para pengawas SPBU sendiri, bahkan sopir pun mengakuinya. Saya sendiri
kerap melihat aksi itu.
Misalnya suatu
ketika di kawasan Kecamatan Latambaga, Kolaka, tahun 2013 lalu. Seorang warga
menelepon karena melihat sebuah mobil tangki BBM Pertamina yang baru saja
mengambil jatah di depot. Mobil itu singgah di lorong tersembunyi bersama
sebuah mobil MPV, dan kebetulan berhenti tak jauh dari rumah warga yg menelepon
saya tadi. BBM dari tangki yang seharusnya jatah SPBU itu dialirkan ke mobil
MPV tadi. Pencurian! Iya, sang sopir mobil tangki Depot Pertamina mencuri. Korupsi
juga.
Ah, mungkin itu
cara sang sopir mencari uang tambahan karena gajinya tak cukup banyak dari PT.
Pertamina.
Lalu kemana uang
Pertamina yang semestinya untuk sang sopir? Oh iya. Saya lupa, SKK Migas
Kementerian ESDM bermasalah. Katanya terjadi tindak pidana korupsi. BP Migas
juga berperkara korupsi. Eh, mantan Menteri ESDM Jero Wacik juga tersangkut
kasus korupsi.
Mm kalau begitu
tak usah pakai minyak. Tak perlu memasak. Kita makan makanan segar saja.
Buah-buahan misalnya.
Buah Rambutan
harganya Rp10 ribu per kilo. Kadang juga Rp20 ribu tiga kilogram. Fluktuatiflah
sesuai musim. Teori ekonomi, stok banyak permintaan sedikit harga murah. Stok
sedikit permintaan banyak, harga mahal. Begitulah.
Begitu pula buah
Langsat, Jeruk, Salak, atau Durian. Hanya saja, buah yang banyak durinya itu
lebih mahal. Paling murah Rp30 ribu satu Kalajang (tiga buah ukuran kecil).
Nah, kalau di
Kendari, biasanya kita bisa menjumpai penjualnya di kawasan Jalan Lawata,
Mandonga. Di pasar tradisional, pasar buah, dekat jembatan by pass, di pinggir
jalan, sampai di Pelabuhan Samudra juga ada.
Dan lagi-lagi,
rusaknya moral negeri ini terlihat jelas. Saran saya, kalau membeli rambutan,
langsat atau salak, sebaiknya awasi saat ditakar. Perhatikan buah yang ada
dibagian bawah. Telitilah.
Si pedagang,
menampilkan yang mulus, manis, indah dan segar dibagian depan dan atas.
Sehingga saat anda mencobanya, anda akan mendapati buah yang manis, mulus dan
enak dipandang mata. Perhatikan saat ditakar, jika dia mengambil paling banyak
di bagian belakang atau yang tersembunyi, periksa. Biasanya sebagian itu busuk,
atau kecut. Intinya, jika dia sembunyi-sembunyi menakar dan teratur memilih
untuk ditakar, bagian anda sudah dikorupsi!
Nah, kalau Durian?
Ah ini yang agak susah. Yang pasti, sejelek-jeleknya warna kulit dan
tangkainya, bahkan sudah berubah warna dan durinya sudah layu, tetap saja si
penjual berkata, "baru jatuh tadi malam". Coba tanya, buah dari mana?
Penjual di Kendari akan bilang dari Kolaka atau dari Sulawesi Selatan. Hah?
Buah Durian satu mobil baru jatuh tadi malam, dari Kolaka? Dimana ada kebun
Durian di daerah ini yang pohon dan buahnya bisa sampai satu mobil dalam
semalam?
Kalaupun
dikumpulkan dari beberapa kebun, tidak mungkin semalaman dia akan keliling
mengumpulkan buah yang jatuh di beberapa kebun. Lalu, jarak Kolaka-Kendari
minimal tiga jam perjalanan. Sementara, si penjual berdagang dari pagi sampai
tengah malam di tempat itu. Buahnya masih saja sebanyak itu sejak awal sampai
musim Durian habis. Anda telah tertipu. Kepuasan anda dikorupsi!
Saran saya,
belilah buah di langsung di kebunnya kalau ingin puas. Selain masih segar, buah
yang busuk atau mentah bisa ditukar. Harganya pun lebih bisa ditawar.
Jadi, kita akan
makan buah-buahan terus selama hidup?
Ah tidak. Makan
nasi jugalah. Nasi dari Beras Plastik!
Atau tidak, beli
daging saja. Daging Glonggongan!
Mungkin telur
saja, Telur Palsu!
Akkhhh..
Lapar, beli
gorengan dulu. Tapi, pisang gorengnya kebanyakan terigu, pisangnya seperempat
buah saja, kerasnya minta ampun, sambalnya kebanyakan air.. Dan.. dan..
Hhhh.. Mungkin
pakai minyak tanah yang sudah ahhh.. Sudahlah.. Sudah Terkorupsi Hak Kita.
Rusak sudah negeri ini.
Lalu dimana
orang-orang yang masih memberi harapan itu? Kemana mereka? Harus mencarinya
dimana? Di Masjid? Ah bukan, Masjidnya dibangun oleh pejabat anu sebelum
suksesi. Pengadaan kitab sucinya dikorupsi. Ustadnya sudah jadi politisi. Duduk
di kursi dewan lewat pemilu. Pemilunya banyak masalah. Masalahnya uang, uang
dan uang.
Hmhh.. Rusaknya
Negara Ini.. Mungkin bapak Presiden punya solusinya? Eh, lupa Presiden hanya
petugas partai!
Sekian saja
rusaknya
#GSM
Kendari, 3 Juni
2015
![]() |
Meme para netizen saat merasakan akibat dari 'kerusakan' di negeri ini |
0 Response to "Rusaknya Negara Ini"
Post a Comment