95 99 1798

Rusaknya Negara Ini

Rusaknya Negara Ini
Hingga ke sendi-sendinya. Senti demi senti, seluruhnya. Dari akar hingga pucuk. Dari hulu sampai hilir. Rusak sangat rusak. Sudah parah. Kronis.

Hampir. Hampir semua. Tidak juga seluruhnya. Masih ada harapan, mungkin setitik demi setitik. Seorang demi seorang. Satu satu nyawa.

Tapi apa yang diharapkan dari senyawa demi senyawa itu? Coba lihat. Perhatikan! Penjual ikan di Pasar Lawata Kendari hingga Pasar Raya Kolaka, memodifikasi takarannya agar ikan satu Tampa tampak banyak. Bukankah itu satu bentuk kecil korupsi?

Mungkin itu untuk menyiasati mahalnya biaya operasional menangkap ikan. Harga Bahan Bakar Minyak mahal euy.

Tapi kenapa bisa mahal? Petugas SPBU, entah di Kendari, Kolaka, Raha, Unaaha, sama saja. Keran pengisian BBM selalu dimainkan. Saat mulut keran dimasukkan dalam tangki bahan bakar kendaraan, katupnya akan dibuka lebar. Sehingga minyak mengalir deras seiring pula dengan meterannya. Tiba-tiba saja keran ditutup. Creengg.. Bensin berhenti masuk dalam tangki, meterannya masih deras mengalir. Anda tidak sadar, anda baru saja dikorupsi jatah bensin dari sejumlah uang yang anda bayarkan ke kasir SPBU. Kemana bensin tadi? Ada, tertinggal di sepanjang selang.

Bisa jadi, itu cara SPBU menyiasati jatah BBM yang kurang dari Depot Pertamina. Tapi pernahkan anda duga, bahwa sopir truk tangki BBM Pertamina mencuri jatah SPBU? Iya, ini seringkali terjadi. Kita tidak bisa menggeneralisir, tapi kenyataannya banyak terjadi. Para pengawas SPBU sendiri, bahkan sopir pun mengakuinya. Saya sendiri kerap melihat aksi itu.

Misalnya suatu ketika di kawasan Kecamatan Latambaga, Kolaka, tahun 2013 lalu. Seorang warga menelepon karena melihat sebuah mobil tangki BBM Pertamina yang baru saja mengambil jatah di depot. Mobil itu singgah di lorong tersembunyi bersama sebuah mobil MPV, dan kebetulan berhenti tak jauh dari rumah warga yg menelepon saya tadi. BBM dari tangki yang seharusnya jatah SPBU itu dialirkan ke mobil MPV tadi. Pencurian! Iya, sang sopir mobil tangki Depot Pertamina mencuri. Korupsi juga.

Ah, mungkin itu cara sang sopir mencari uang tambahan karena gajinya tak cukup banyak dari PT. Pertamina.

Lalu kemana uang Pertamina yang semestinya untuk sang sopir? Oh iya. Saya lupa, SKK Migas Kementerian ESDM bermasalah. Katanya terjadi tindak pidana korupsi. BP Migas juga berperkara korupsi. Eh, mantan Menteri ESDM Jero Wacik juga tersangkut kasus korupsi.

Mm kalau begitu tak usah pakai minyak. Tak perlu memasak. Kita makan makanan segar saja. Buah-buahan misalnya.

Buah Rambutan harganya Rp10 ribu per kilo. Kadang juga Rp20 ribu tiga kilogram. Fluktuatiflah sesuai musim. Teori ekonomi, stok banyak permintaan sedikit harga murah. Stok sedikit permintaan banyak, harga mahal. Begitulah.

Begitu pula buah Langsat, Jeruk, Salak, atau Durian. Hanya saja, buah yang banyak durinya itu lebih mahal. Paling murah Rp30 ribu satu Kalajang (tiga buah ukuran kecil).

Nah, kalau di Kendari, biasanya kita bisa menjumpai penjualnya di kawasan Jalan Lawata, Mandonga. Di pasar tradisional, pasar buah, dekat jembatan by pass, di pinggir jalan, sampai di Pelabuhan Samudra juga ada.

Dan lagi-lagi, rusaknya moral negeri ini terlihat jelas. Saran saya, kalau membeli rambutan, langsat atau salak, sebaiknya awasi saat ditakar. Perhatikan buah yang ada dibagian bawah. Telitilah.

Si pedagang, menampilkan yang mulus, manis, indah dan segar dibagian depan dan atas. Sehingga saat anda mencobanya, anda akan mendapati buah yang manis, mulus dan enak dipandang mata. Perhatikan saat ditakar, jika dia mengambil paling banyak di bagian belakang atau yang tersembunyi, periksa. Biasanya sebagian itu busuk, atau kecut. Intinya, jika dia sembunyi-sembunyi menakar dan teratur memilih untuk ditakar, bagian anda sudah dikorupsi!

Nah, kalau Durian? Ah ini yang agak susah. Yang pasti, sejelek-jeleknya warna kulit dan tangkainya, bahkan sudah berubah warna dan durinya sudah layu, tetap saja si penjual berkata, "baru jatuh tadi malam". Coba tanya, buah dari mana? Penjual di Kendari akan bilang dari Kolaka atau dari Sulawesi Selatan. Hah? Buah Durian satu mobil baru jatuh tadi malam, dari Kolaka? Dimana ada kebun Durian di daerah ini yang pohon dan buahnya bisa sampai satu mobil dalam semalam?

Kalaupun dikumpulkan dari beberapa kebun, tidak mungkin semalaman dia akan keliling mengumpulkan buah yang jatuh di beberapa kebun. Lalu, jarak Kolaka-Kendari minimal tiga jam perjalanan. Sementara, si penjual berdagang dari pagi sampai tengah malam di tempat itu. Buahnya masih saja sebanyak itu sejak awal sampai musim Durian habis. Anda telah tertipu. Kepuasan anda dikorupsi!

Saran saya, belilah buah di langsung di kebunnya kalau ingin puas. Selain masih segar, buah yang busuk atau mentah bisa ditukar. Harganya pun lebih bisa ditawar.

Jadi, kita akan makan buah-buahan terus selama hidup?

Ah tidak. Makan nasi jugalah. Nasi dari Beras Plastik!
Atau tidak, beli daging saja. Daging Glonggongan!
Mungkin telur saja, Telur Palsu!
Akkhhh..

Lapar, beli gorengan dulu. Tapi, pisang gorengnya kebanyakan terigu, pisangnya seperempat buah saja, kerasnya minta ampun, sambalnya kebanyakan air.. Dan.. dan..
Hhhh.. Mungkin pakai minyak tanah yang sudah ahhh.. Sudahlah.. Sudah Terkorupsi Hak Kita. Rusak sudah negeri ini.

Lalu dimana orang-orang yang masih memberi harapan itu? Kemana mereka? Harus mencarinya dimana? Di Masjid? Ah bukan, Masjidnya dibangun oleh pejabat anu sebelum suksesi. Pengadaan kitab sucinya dikorupsi. Ustadnya sudah jadi politisi. Duduk di kursi dewan lewat pemilu. Pemilunya banyak masalah. Masalahnya uang, uang dan uang.

Hmhh.. Rusaknya Negara Ini.. Mungkin bapak Presiden punya solusinya? Eh, lupa Presiden hanya petugas partai!

Sekian saja rusaknya

#GSM

Kendari, 3 Juni 2015
Meme para netizen saat merasakan akibat dari 'kerusakan' di negeri ini

0 Response to "Rusaknya Negara Ini"

Post a Comment

'));