Pantai Malaha, Objek Wisata Pulau Terabaikan Yang Pernah Diresmikan Mbak Tutut
PILIHAN WISATA AKHIR PEKAN YANG EKSOTIS
PILIHAN WISATA AKHIR PEKAN YANG EKSOTIS
Gugus Suryaman, Kolaka
Pantai Wisata Tanjung Kayuangin boleh saja ditutup masyarakat. Jika masyarakat Kolaka selama ini hanya berlibur akhir pekan di pantai yang terletak di Desa Sani-sani Kecamatan Samaturu itu, masih ada objek wisata lain yang rupanya lebih indah. Bahkan sebelum Kayuangin terbuka sebagai objek pariwisata, tempat itu sudah lebih dulu dikenal. Pernah menjadi andalan namun kini tertinggalkan.
Namanya pantai Malaha. Terletak di Desa Malaha, Kecamatan Samaturu. Tepatnya berada di belakang pasar raya tradisional Desa Malaha. Jaraknya hanya beberapa kilometer dari pantai Kayuangin.
Objek wisata tersebut, sebenarnya lebih indah dari tanjung Kayuangin. Berbentuk pulau kecil yang kira-kira seukuran dua kali lapangan sepak bola. Jaraknya dari daratan utama hanya sekitar 100 meter saja. Bisa ditempuh dengan beberapa kali dayungan sampan. Atau bagi yang lebih suka berenang dengan jarak jauh, itupun bisa dilakukan. Memang untuk mencapainya harus menggunakan sampan atau jolor. Sebab laut pemisah antara pulau itu dengan daratan utama, lumayan dalam. Sekitar dua meteran lebih.
Pulaunya landai. Pantainya terhampar pasir putih yang bersih. Disebelah timur dan selatan laut lepas serta bagian barat dan utaranya daratan utama yang dipisahkan laut dengan pulau. Pepohonan peneduh juga cukup banyak. Lapangan untuk bermain sepak bola juga tersedia. Siapa sangka, rupanya pantai, atau tepatnya pulau, tersebut pernah diresmikan oleh Sitti Hardianti Rukmana atau lebih dikenal Mbak Tutut, cucu presiden kedua Indonesia, tahun 1991 silam. Saat almarhum presiden Soeharto masih berkuasa. Terbukti dengan adanya prasasti peresmian yang diabadikan disebuah gazebo kecil di tengah pulau.
Memang, pulau itu dulu ditinggalkan karena suatu tragedi. Sehingga oleh sejumlah masyarakat diangkerkan keberadaannya kejadian tersebut. Yakni sejumlah siswa SD mati tenggelam di laut antara pulau dan daratan utama. Penyebabnya kata istri Kepala Desa Malahan, Rahma, sampan yang mereka tumpangi kala itu terbalik karena kelebihan muatan. Akibatnya, sebanyak 9 orang meninggal. "Sebenarnya hanya cerita masyarakat yang membesar-besarkan membuatnya angker. Padahal bukan meminta korban, tapi karena sampannya kelebihan muatan. Penumpangnya juga anak-anak SD waktu itu," jelasnya.
Sejak saat itulah pulai eksotis tersebut mulai ditinggalkan. Namun kini, masyarakat mulai melirik kembali pantai yang banyak kepitingnya itu. Jika ingin mengunjunginya pada libur akhir pekan, pilihan pulau tersebut juga cocok. Apalagi bermalam minggu disana, pengunjung bisa sambil berburu kepiting pada malam hari yang jumlahnya cukup untuk membuat kenyang. Atau udang-udang kecil yang banyak berkeliaran dipesisir pantainya. Seperti yang dilakukan penulis akhir pekan lalu bersama Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) USN Kolaka selama dua hari disana.
Salah seorang warga setempat, Andi Cerah mengatakan, yang membuat tanjung Kayuangin berbeda dengan pantai Malaha, selain karena berbentuk pulau eksotis, juga tingkat penerimaan masyarakat terhadap pendatang yang cukup terbuka. Untuk mencapainya, pengunjung memang harus melewati pasar dan perumahan penduduk. Namun tidak ditagih retribusi seperti yang dilakukan warga di Kayuangin yang mengaku pemilik lahan ditempat itu. Cukup menyewa sampan untuk menyeberang ke pulau. "Kalau tempat ini dibuka kembali sebagai objek wisata, akan meningkatkan pendapatan masyarakat disini. Karena kalau sudah banyak pengunjung, otomatis perputaran uang disini juga meningkat," katanya.
Dia mengaku, bersama masyarakat dan pemerintah desa akan mulai mempromosikan kembali tempat tersebut. Apalagi Kayuangin sudah tidak representatif dengan banyaknya retribusi liar dari pemilik lahan disana. Rencananya, dia akan mencari pihak yang akan menyediakan peralatan outbond sebagai wahana wisata tambahan dipulau eksotis itu. Apalagi arenanya yang cukup mendukung.(**)
kayanya boleh jg kesana lg,uda lama kayanya nda brenang sebrangi sungai malaha..
ReplyDelete